Media Indonesia
Physorg
SEKELOMPOK peneliti dari Jerman tengah mengembangkan setir sistem layar sentuh. Setir itu sendiri merupakan selembar akrilik dilengkapi bingkai dengan lampu LED infra merah. Sebuah kamera infra merah menangkap gambar pantulan pada akrilik saat disentuh.
Kamera ini menangkap berbagai gerakan untuk pengoperasian perangkat, mulai dari pengaturan audio hingga AC. Inti dan tujuan teknologi ini adalah agar mata pengendara tidak perlu melepas pandangan dari jalan saat mengoperasikan berbagai perangkat kendaraan.
Kamera ini menangkap berbagai gerakan untuk pengoperasian perangkat, mulai dari pengaturan audio hingga AC. Inti dan tujuan teknologi ini adalah agar mata pengendara tidak perlu melepas pandangan dari jalan saat mengoperasikan berbagai perangkat kendaraan.
Jujur saja, kami sendiri tidak paham bagaimana cara mengoperasikan teknologi ini. Namun kuat dugaan, sistem ini dioperasikan menggunakan semacam bahasa isyarat menggunakan tangan. Dengan kata lain, seperti bahasa isyarat yang kerap digunakan oleh para penyandang tuna rungu untuk berkomunikasi.
Tetapi kami tidak bisa membayangkan, bagaimana perangkat ini membedakan gerakan tangan pengemudi antara ketika ia hendak mengatur volume audio dengan meningkatkan hembusan angin sistem pendingin udara. Dan sepertinya lagi, ini akan sulit diimplementasikan karena pengemudi harus menghapal berbagai gerakan yang justru akan mengganggu konsentrasi.
Contoh kecilnya, pengemudi berniat hendak meningkatkan suhu ruang ketika ia merasakan kabin kendaraan terlalu dingin. Namun sistem salah menerjemahkan atau pengemudi sendiri yang salam memberikan isyarat seolah hendak menambah volume suara audio.
Suara audio yang semakin besar tentunya akan membuat kepanikan tersendiri dan pengemudi menjadi sibuk dan tersita perhatiannya untuk mengoreksi isyarat tersebut hingga mengabaikan kondisi sekelilingnya.
Faktanya, sudah sejak beberapa puluh tahun lalu hingga saat ini, para pengendara tidak memiliki masalah untuk mengoperasikan berbagai tombol pengoperasian pada kendaraannya, sehingga timbul pertanyaan: mengapa mereka repot-repot menciptakan teknologi yang justru membuat rumit?
Untungnya perangkat ini tidak bisa dibilang murah, sehingga produsen mobil dipastikan akan enggan menerapkan teknologi ini pada kendaraan mereka dan para konsumen tidak perlu pusing menghapal berbagai gerakan yang justru akan mengganggu konsentrasi mereka. (OL-07)
Tetapi kami tidak bisa membayangkan, bagaimana perangkat ini membedakan gerakan tangan pengemudi antara ketika ia hendak mengatur volume audio dengan meningkatkan hembusan angin sistem pendingin udara. Dan sepertinya lagi, ini akan sulit diimplementasikan karena pengemudi harus menghapal berbagai gerakan yang justru akan mengganggu konsentrasi.
Contoh kecilnya, pengemudi berniat hendak meningkatkan suhu ruang ketika ia merasakan kabin kendaraan terlalu dingin. Namun sistem salah menerjemahkan atau pengemudi sendiri yang salam memberikan isyarat seolah hendak menambah volume suara audio.
Suara audio yang semakin besar tentunya akan membuat kepanikan tersendiri dan pengemudi menjadi sibuk dan tersita perhatiannya untuk mengoreksi isyarat tersebut hingga mengabaikan kondisi sekelilingnya.
Faktanya, sudah sejak beberapa puluh tahun lalu hingga saat ini, para pengendara tidak memiliki masalah untuk mengoperasikan berbagai tombol pengoperasian pada kendaraannya, sehingga timbul pertanyaan: mengapa mereka repot-repot menciptakan teknologi yang justru membuat rumit?
Untungnya perangkat ini tidak bisa dibilang murah, sehingga produsen mobil dipastikan akan enggan menerapkan teknologi ini pada kendaraan mereka dan para konsumen tidak perlu pusing menghapal berbagai gerakan yang justru akan mengganggu konsentrasi mereka. (OL-07)